CHERIA | Gaya hidup halal semakin memperoleh perhatian di seluruh dunia sebagai sebuah standar yang menjunjung tinggi nilai-nilai syariah dalam berbagai aspek kehidupan. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada makanan dan minuman halal, tetapi juga meliputi sektor kosmetik, obat-obatan, keuangan syariah, fesyen, pariwisata, serta media Islami.
Berdasarkan laporan State of the Global Islamic Report, nilai pasar gaya hidup halal diperkirakan akan mencapai USD 2,4 triliun pada akhir tahun 2024, yang menunjukkan adanya potensi luar biasa di berbagai sektor tersebut.
Dalam ajang The 6th International Halal Tourism Summit, yang merupakan bagian dari rangkaian 11th Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2024, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) telah meluncurkan Pedoman Layanan Dasar Pariwisata Ramah Muslim. Pedoman ini dirancang untuk membantu destinasi-destinasi wisata dalam memenuhi kebutuhan wisatawan muslim.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, mengungkapkan bahwa adanya 2 miliar wisatawan muslim di seluruh dunia merupakan peluang besar bagi pengembangan pariwisata halal di Indonesia.
“Indonesia dapat menjadi destinasi utama wisata halal dunia dengan terus memperbaiki atraksi, fasilitas, dan kerja sama antar-stakeholder. Industri pariwisata yang ramah muslim tidak hanya menarik wisatawan tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi lokal melalui pengembangan produk halal dalam negeri, seperti kuliner dan kosmetik,” ungkap Rizki, dikutip Selasa (5/11/2024).
Sementara itu, dalam pembukaan acara tahunan ISEF 2024 di Jakarta Convention Center, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan bahwa ISEF adalah langkah strategis untuk mendorong ekonomi syariah Indonesia ke kancah internasional.
“Melalui ISEF, kita terus memperkuat literasi halal lifestyle untuk mendorong Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri halal global,” ujar Perry.
Sebagai bentuk konkret, Perry mengumumkan peluncuran Aplikasi Halal Traceability untuk memudahkan konsumen melacak produk halal dari produksi hingga konsumsi, serta program digitalisasi produk pesantren dan Sharia Restricted Investment Account (SRIA). “Aplikasi ini akan memastikan konsumen mendapatkan produk yang terpercaya dan sesuai syariah,” tambahnya.
Selain itu, Perry menyoroti pentingnya percepatan ekosistem halal melalui teknologi internet of things (IoT) untuk mendukung integrasi produk halal secara end-to-end. Hal ini mencakup akselerasi sertifikasi halal, penguatan ekspor, branding modest fashion Indonesia, serta pengembangan sistem bisnis pesantren yang terhubung secara digital.
ISEF 2024, yang berlangsung dari 30 Oktober hingga 3 November 2024, menghadirkan para pakar, praktisi, dan pelaku usaha dari berbagai bidang untuk berbagi wawasan dan menciptakan kolaborasi yang mendorong ekonomi syariah di tingkat nasional maupun internasional. ISEF tidak hanya menjadi ruang untuk berdiskusi namun juga platform untuk mewujudkan ide-ide baru yang akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi syariah global.[]